Perjuangan untuk mempromosikan hak dan partisipasi anak dalam pembangunan adalah perjuangan yang tak henti- hentinya. "Hal ini dilatar belakangi oleh masyarakat yang secara teratur struktur sosial politik serta budaya yang telah memposisikan anak sebagai mahluk yang lemah dan tidak mempertimbangkan suara bahkan keberadaannya," ungkap Ketua Forum Peduli Perempuan dan Hak Anak Samawa (FORPPHAS), Nuaidah.
Pada kenyataannya jelas Nuaidah, harus diyakini bahwasanya anak laki- laki maupun perempuan memiliki kapasitas untuk berpartisipasi dalam menyuarakan aspirasi, gagasan, ide dan pandangan mereka dalam pembangunan, sesuai dengan pasal 10 UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
"Peran orang dewasa dan pemerintah adalah memberi peluang dan dukungan serta kesempatan bagi anak untuk berpartisipasi dalam berbagai level termasuk dalam pembangunan daerah Sumbawa, terutama menyangkut kepentingan anak, dengan melihat kondisi anak saat ini semakin hari semakin mengkhawatirkan semua pihak dengan banyaknya kasus- kasus yang terjadi pada anak seperti pekerjaan anak, joki anak, TKW anak, pencabulan dan pemerkosaan terhadap anak, tindak kekerasan lainnya, eksploitasi baik secara ekonomi dan hukum, dikriminasi dll. Oleh karena itu sudah saatnya semua pihak terutama Pemda Sumbawa dan jajarannya berupaya secara strategis dan sistematik dalam mewujudkan perlindungan terhadap anak," tandas Nuaidah.
Selama ini lanjut Nuaidah, keterlibatan anak hanya sebagai obyek saja, tetapi saat ini perlu keterlibatan anak dalam menyusun kebijakan- kebijakan yang menyangkut kepentingan anak, sehingga FORPPHAS mengadakan kegiatan forum konsultasi anak yang diharapkan kedepan mampu berperan sebagai wadah penampungan aspirasi, ide, gagasan dan pendafat anak, disamping Pemda Sumbawa dan jajarannya dapat mengeluarkan kebijakan yang menyangkut kepentingan anak serta dapat melibatkan anak dalam penyusunana kebijakan, karenanya dialog konsultasi anak bekerjasama dengan yayasan Galang Anak Semesta (Gagas) Mataram dilaksanakan Selasa (hari ini 11/04) diikuti pemda dan segenap jajaran terkait, dengan menghadirkan 50 anak dari forum anak dari tingkat kecamatan, anak panti asuhan, anak berprestasi, anak dalam kondisi khusus, anak pesisir maupun Dewan Anak Samawa dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA), paparnya.
Sumber : HU GAUNG NTB
Kamis, 27 Maret 2008
Penting, Perlindungan Terhadap Anak
Kekerasan Guru terhadap Murid Tergolong Pidana
Kekerasan guru terhadap murid di sekolah, baik fisik maupun nonfisik, dapat dikatagorikan sebagai kekerasan terhadap anak dan dilaporkan sebagai tindak pidana kepada pihak berwajib. Mencetak calon pemimpin masa di dalam lembaga pendidikan formal tidak harus dengan cara-cara kekerasan.
Demikian terungkap dalam sarasehan pers tentang perlindungan anak di Selong, Senin (26/6) kemarin. Menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Lombok Timur, Lalu Saprudin, S.H., M.H., memaksa anak di bawah umur untuk turut membantu orangtuanya mencari nafkah, juga bentuk-bentuk kekerasan yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat. Lebih parah lagi, jika si anak tidak mengikuti kehendak orangtuanya, maka kata-kata makian dikeluarkan oleh orangtuanya.
Sebagaimana terungkap dalam sarasehan tentang anak yang digagas oleh Galang Anak Semesta (Gagas) Mataram, LPA Lotim dan PWI Perwakilan Lotim itu, sikap dan perilaku orangtua di rumah dan guru di sekolah akan sangat mewarnai sikap atau perilaku dalam tumbuh-kembang anak. ''Baik orang tua maupun guru di sekolah sedapat mungkin harus mengendalikan diri untuk tidak bertindak dan berucap kurang senonoh terhadap anak,'' ujar Saprudin.
Contoh kasus kekerasan guru di sebuah SD di Mataram beberapa waktu lalu, sedang para orangtua keberatan dan kasusnya dikualifikasikan sebagai tindak pidana.
''Di masa datang, tidak perlu terulang lagi kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak didik,'' tambah Zulkarnain dari Gagas, Mataram. Memberi contoh kekerasan non fisik dan bentuk-bentuk kekerasan fisik kepada anak-anak patut dikhawatirkan akan terbawa-bawa dalam masa pertumbuhan si anak.
Pada sarasehan tentang perlindungan anak yang juga melibatkan pembicara dari kalangan pers di Lotim, terungkap bahwa bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak dan perampasan hak anak tak disadari seringkali terjadi dalam tatanan kehidupan keluarga. (038)sumber suara NTB
Profil FPKCH LOTIM
Forum Peduli Kawin Cerai dan Hak Anak (FPKCH) LOTIM
I. LATAR BELAKANG
Angka kawin cerai yang tinggi dan cenderung menjadi sesuatu yang dianggap biasa terutama di lingkungan masyarakat Lombok,berdampak buruk pada perempuan dan terabaikannya hak-hak anak. Hasil penelitian YKSSI dan PLAN International Lombok Timur menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kawin cerai adalah karena perkawinan usia muda yang secara fisik berdampak pada rentannya kesehatan perempuan dan secara psikis belum siap mental untuk membina rumah tangga sehingga mudah terjadi pertengkaran yang berujung pada perceraian dan yang banyak terjadi adalah perceraian dilakukan dibawah tangan.
Perilaku kawin cerai merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian untuk ditangani oleh berbagai pihak seperti pemerintah, LSM dan masyarakat untuk bersunguguh-sungguh menanggulangi maslah tersebut baik dalam bentuk penyadaran,penguatan lembaga yang ada agar dapat berfungsi efektif serta pembuatan aturan dan pelaksanaan aturan itu secara konsisten.
Melihat fenomena tersebut kemudian mendorong terbentuknya suatu forum yang dinamakan Forum Peduli Kawin Cerai dan Hak Anak yang beranggotakan kader-kader kesehatan reproduksi dan keder hak anak yang merasa sangat perihatin dengan kondisi yang ada di masyarakat mereka. Sekarang ini anggota FPKCH sebanyak 150 orang yang tersebar di delapan kecamatan yaitu kecamatan Swela, Peringgabaya,Aikmel, sakra Pusat ,Sakra Timur,Sakra Barat,Labuan Haji,dan kecamatan Wanasaba.
II. VISI,MISI dan PRINSIP
Visi
Menciptakan tatanan masyarakat yang mendukung terciptanya keadilan Gender dan pemenuhan hak-hak anak sehingga melahirkan generasi penerus yang berkwalitas dan berakhlakul karimah.
MISI
1.Memperjuangkan keadilalan gender
2.Meningkatkan kepedulian anak dan memperjuangkan pemenuhan hak anak
3.Mengurangi angka perceraian dan perkawinan dibawah umur
4.Mendorong terciptanya keharmonisan rumah tangga sebagai unit terkecil suatu negara
5.Advokasi
Prinsip
Kemitraan, Persahabatan, Kekeluargaan, Independen, Keadilan gender, dan kepentingan terbaik bagi anak.
III. RENCANA UMUM KEGIATAN
1. Sosialisasi mengenai dampak kawin cerai teutama terhadap anak ditingkat masyarakat , LSM, dan Pembuat Kebijakan.
2. Menjalin kerjasama dengan Instansi terkait dan memperkuat jaringan
3. Penguatan forum kedalam dengan pelatihan-pelatihan.
4. Melakukan advokasi terhadap permasalahan kawin cerai dan hak anak
5. Monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan.
IV. KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN
1.Mengadakan survey tentang kawin cerai yang bertujuan untuk mendapatkan data dasar jumlah angka kawin cerai yang riil dikecamatan Sakra dan kecamatan peringgabaya,data sebagai salah satu alat untuk melakukan advokasi permasalahan kawin cerai.
2.Sosialisasi dan penyadaran trerhadap dampak kawin cerai dilakukan melalui media cetak yaitu :
1.Buletin MEKAR tentang poligami dan kewin cerai sebagai bahan diskusi remaja dan kelompok informal masyarakat.
2.Khotbah nikah dan khotbah jum’at yang diberikan kepada para PPN,KUA dan Da’I untuk disampaikan pada saat pernikahan dan Shalat Jum’at.
3.Memperoduksi kaset untuk disiarkan di masjid atau Musholla dan disiarkan melalui stasiun Radio Lokal. Kaset-kaset tersebut juga diedarkan untuk masyarakat luas
4.Talk Show dengan Tuan Guru ( Tokoh Agama ) yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat membahas tentang kawin cerai
5.Pentas seni yang mengangkakt masalah kawin cerai serta dampaknya terhadap anggota FPKCH serta anak-anak remaja dan orang tua korban kawin cerai.
6.Safarai Ramadhan yang dilakukan secara bergiliran disetiap masjid yang ada didesa atau didusun untuk membahas masalah kawin cerai dilihat dari sudut pandang Agama Islam
7.Merangkul masayarakat adat sasak untuk bersama-sama mencari solusi permasalahan kawin cerai dari persefsi budaya dan adat.
Rabu, 26 Maret 2008
CIVIC INFO FAIR
CIVIC INFO FAIR adalah sebuah pekan pameran,dialog,dan kreasi anak yang akan diadakan oleh forum peduli kawin cerai dan hak lotim (FPKCH)LOTIM
acara ini akan dilaksanakan pada awal april di halaman kantor DPRD Lotim. acara ini akan di ikuti oleh semua CBO dan NGO se-kabupaten lombok timur antara lain LBH-APIK NTB,LSM Masmirah,dan sanggar anak se lotim.
PERHATIKAN ANAK-ANAK MU
kalau Anda tidak mengatakan kebenaran tentang diri sendiri, Anda tidak dapat mengatakan kebenaran tentang orang lain" (Virgina Woolf).
Diriwayatkan dari Anas ra, ia berkata, "Suatu hari aku sedang bersama anak-anak. Tiba-tiba muncul Rasulullah SAW dan berkata, 'Assalamualaikum, hai anak-anak'."
Sementara itu, pada suatu hari, seorang pegawai Umar bin Khatab ra menemui khalifah tersebut. Ia kaget mendapati sang khalifah sedang berbaring, sementara beberapa anak kecil sedang asik bermain-main di sekitarnya. Orang tadi memperlihatkan rasa keheranan melihat hal itu.
Sang Khalifah lalu bertanya, "Jadi bagaimana keadaanmu dengan keluargamu?" Ia menjawab, "Begitu melihatku, keluargaku yang berbicara langsung diam". Umar berkata kepadanya, "Kalau begitu, kamu turun saja dari jabatanmu. Soalnya kalau terhadap keluarga dan anakmu saja kamu tidak bisa berlaku lembut, bagaimana kamu bisa berlaku lembut terhadap umat Rasulullah SAW?".
Dua riwayat itu, sesungguhnya telah mengajarkan kepada tiap orang tua untuk selalu memperlakukan anak dengan lembut dan proporsional. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa punya anak kecil hendaklah ia perlakukan secara proporsional." (HR. Ibnu Askair).
Di sini, berarti seorang anak haruslah diperlakukan sesuai dengan derajat kekanak-kanakannya. Ia harus diajak bicara dengan lemah lembut. Diperlakukan dengan rasa penuh cinta kasih. Lalu, diusahakan agar hatinya gembira, didekati, diajak bermain dan bersenda gurau. Kemudian, isilah akal dan hatinya dengan harapan serta keceriaan hidup.
Terkait dengan itu, seorang bijak pernah mengatakan, "Ketika anakmu telah berusia tujuh tahun, ajak ia bermain. Didiklah ia dan bertemanlah dengannya. Kemudian biarkan ia bermain dengan teman yang belum dikenalnya". Ucapan ini bermakna mendorong tiap orang tua agar bisa menjadi teman yang baik dan dapat dipercaya bagi anak-anaknya, terutama pada fase usianya yang paling menentukan (baca: fase anak-anak dan remaja).
Pada konteks kekinian, boleh jadi terjadinya banyak tragedi kekerasan di negeri ini, sebagai pangkal penyebabnya ialah karena pada tatanan keluarga kita, mungkin selama ini tidak memperhatikan dan tidak mendidik anak-anak di rumah secara lembut dan penuh kasih sayang. Sehingga dampaknya, bisa jadi keberadaan anak-anak kita itu akan menjadi sumber masalah bagi orang lain. Naudzubillah.
Lebih jauh, fenomena itu terjadi salah satunya disebabkan karena perlakuan orang tua yang tidak mendidik anak-anaknya tentang perlunya membangun sebuah kebenaran terhadap dirinya sendiri, termasuk di dalamnya bagaimana memperlakukan seorang anak secara proporsional. Sehingga pantas saja apa yang dikatakan Virgina Woolf, seorang penulis dari Inggris, "Jika Anda tidak mengatakan kebenaran tentang diri sendiri, Anda tidak dapat mengatakan kebenaran tentang orang lain".
Padahal, pola pendidikan semacam itu, yang diselimuti kasih sayang dan kelembutan ini akan menjadi kunci tercapainya derajat kualitas anak kita di kemudian hari. Dalam hal ini, Syekh Jamaluddin Mahfuzh mengungkapkan manfaat yang bisa didapat dari cara mendidik anak seperti itu. Pertama, dapat menghilangkan hambatan-hambatan dan mendekatkan jarak pemisah antara ayah dengan anak. Dengan demikian si anak merasa tidak menemukan kesulitan apa pun untuk bermusyawarah dengan ayahnya tentang masalah dunia dan kehidupan yang ia hadapi.
Kedua, dapat melahirkan kesiapan mental si anak untuk menerima nasehat dan pengarahan. Dan ketiga, dapat mengungkap kemampuan sebenarnya si anak dan tingkat kematangan akal serta mentalnya. Dengan demikian, ia bisa membatasi pengarahan atau beban secara proporsional, tanpa menambahi atau menguranginya.
Akhirnya, tidak ada alasan lagi bagi orang tua untuk tidak membangun keluarga dengan memperhatikan dan bersahabat dengan anak-anaknya dalam 'dekapan' kasih sayang dan kelembutan. Dalam sebuah hadisnya, Rasulullah SAW berpesan, "Perhatikanlah anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan baik." (HR. Ibnu Majah). Wallahu a'lam.
Anak Adalah Amanah
Menyalahkan, mengutuk dan mencaci tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah. Kalau kita belum bisa mengubah negara, marilah kita mulai dari mengubah keluarga kita. Peran anak bagi orang tua adalah sebagai amanah, cobaan, lahan tafakur, investasi pahala, dan indikator kesuksesan dunia akhirat.
Pertama anak itu adalah amanah, bukan milik kita. Milik Allah segala yang ada di langit dan di bumi, termasuk anak-anak kita. Kita jangankan membuat anak, menggambar anak saja belum tentu sanggup, bahkan membuat satu helai saja rambut tidak sanggup. Bagusnya jangan membuat sombong dan kekurangannya jangan membuat minder, kemudian melihat anak orang lain jangan iri, karena semuanya milik Allah.
Umurnya Allah yang menentukan. Mati-matian kita ingin anak panjang umur, kita tak berdaya kalau pemiliknya akan mengambil. Walaupun penguasa negara, tak dapat menguasainya kalau Allah tak menghendaki. Yang penting bagi kita adalah menyikapi amanah ini dengan sebaik-baiknya.
Kedua, anak sebagai cobaan (sudah diuraikan minggu kemarin).
Ketiga, anak sebagai lahan tafakkur. Alangkah bahagianya jikalau Allah mengaruniakan kepada kita hati yang bening. Gelas bening yang berisi air bening, jika ada satu butir debu saja di dalamnya, maka kita mudah melihatnya. Begitu pula orang tua yang memiliki hati yang bersih, kalau melakukan kesalahan, maka ia bisa merasakannya, tidak sibuk menyalahkan anak, tetapi sibuk mengevaluasi diri.
Alangkah beruntungnya orang yang berhati bersih, seperti gelas bening yang di dalamnya ada cahaya. Selain bisa menerangi seisi gelas, juga bisa menerangi sekitarnya. Kalau kita ingin selalu mendapatkan ilmu, maka rahasianya adalah bersihkan hati kita.
Begitupula orang tua yang berhati bersih, setiap kejadian apapun senantiasa menjadi ilmu yang merupakan cahaya bagi dirinya dan sekitarnya. Ilmu tidak datang dari orang yang lebih tua saja, bahkan bisa datang dari anak-anak kecil.
Betapa banyak yang bisa kita tafakuri dari perilaku anak-anak kita. Mereka jangan hanya dijadikan objek untuk mengekspresikan harapan kita kepada mereka, tetapi perilaku mereka pun harus menjadi pelajaran bagi kita. Banyak yang bisa kita renungkan dari sikap anak kecil itu, baik sisi positif maupun negatifnya.
Pertama, anak kecil itu tidak panik dengan rezekinya, tetapi mengapa setelah dewasa banyak yang menjadi licik bahkan ada yang korupsi. Kita tidak usah risau dengan rezeki. Yang harus dirisaukan itu benar tidaknya cara kita menjemput rezeki kita.
Kedua, anak kecil itu memiliki semangat pantang menyerah. Ketika anak belajar berjalan, dia jatuh bangkit. Tidak ada anak yang menyerah, hingga akhirnya bisa berjalan. Ini ilmu buat kita. Kegagalan itu bukan jatuh, tetapi kegagalan yang sebenarnya adalah kalau kita tidak pernah mau berbuat.
Ketiga, anak kecil itu pemaaf. Mereka begitu mudah untuk memaafkan dan berdamai, tetapi mengapa banyak orang yang semakin tua semakin pendendam.
Keempat, polos (apa adanya). Anak kecil itu tidak banyak beban dalam hidupnya karena mereka jujur sehingga merdeka hidupnya. Kita banyak menderita dalam hidup ini karena sering ingin kelihatan lebih baik dari kenyataan yang sebenarnya, sehingga malah menimbulkan masalah baru.
Selain itu, kita juga bisa menafakuri kelakuan jelek anak-anak kita untuk melihat apakah kita kekanak-kanakan atau tidak. Ada beberapa perilaku anak kecil yang jangan ditiru, misalkan anak kecil itu senang pamer. Ini banyak yang terbawa sampai tua.
Anak kecil juga suka memaksa dan ingin menang sendiri. Kalau mempunyai keinginan harus diikuti, jika tidak maka ia akan memaksanya tanpa mempedulikan apapun.
Menurut pengakuan beberapa koruptor kecil-kecilan mereka melakukannya karena dipaksa oleh istrinya. Ini perilaku anak kecil. Ya Allah, muliakan bangsa ini dengan Engkau muliakan keluarga-keluarganya. Cahayai rumah tangga bangsa ini dengan cahaya hidayah-Mu. Jadikan bangsa ini bangsa rahmatan lil alamiin, bukti dari kebenaran agama-Mu